PARAGRAF
Latar
Belakang
Dalam manulis sebuah karangan atau cerita
tentunya selalu dijumpai susunan dari banyak kata yang membentuk kalimat.
Kalimat-kalimat tersebut harus dihubungkan lagi sehingga terbentuk sebuah
paragraf. Menyusun paragraf berarti menyampaikan suatu gagasan atau pendapat
tertentu yang harus disertai alasan ataupun bukti tertentu.
Menyusun suatu paragraf yang baik harus
memperhatikan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah ide pokok
yang akan dikemukakan harus jelas, semua kalimat yang mendukung paragraf itu
secara bersama-sama mendukung satu ide, terdapat kekompakan hubungan antara
satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea, dan kalimat harus
tersusun secara efektif (kalimat disusun dengan menggunakan kalimat efektif
sesuai ide bisa disampaikan dengan tepat).
Oleh karena itu, untuk lebih memahami bagaimana menyusun sebuah paragraf yang benar dan mengetahui berbagai macam jenis paragraf, maka makalah ini disusun agar bisa menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan paragraf yang baik.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami bagaimana menyusun sebuah paragraf yang benar dan mengetahui berbagai macam jenis paragraf, maka makalah ini disusun agar bisa menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan paragraf yang baik.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut:
- Apa definisi dari paragraf ?
- Apa saja syarat terbentuknya sebuah paragraf yang baik ?
- Apa saja jenis paragraf ?
PEMBAHASAN
Definisi paragraf
Paragraf atau alinea adalah satuan bentuk
bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Di surat
kabar sering kita temukan paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat saja.
Paragraf semacam itu merupakan paragraf yang tidak dikembangkan. Dalam karangan
yang bersifat ilmiah paragraf semacam itu jarang kita jumpai.
Dalam penggabungan beberapa kalimat menjadi
sebuah paragraf itu diperlukan adanya kesatuan dan kepaduan. Yang dimaksud
kesatuan adalah keseluruhan kalimat dalam paragraf itu membicarakan satu
gagasan saja. Yang dimaksud kepaduan adalah keseluruhan kalimat dalam paragraf
itu secara kompak atau saling berkaitan mendukung satu gagasan itu.
Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi dua syarat,
yaitu: (1) adanya kesatuan makna (koherensi), (2) adanya kesatuan bentuk
(kohesi), dan hanya memiliki satu pikiran utama.
1. Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan
makna jika seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide
pokok, satu topik, atau satu masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat
kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam
paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
Perhatikan paragraf di bawah ini!
Sekitar 60 hektare tanaman padi di Desa Wates,
Kecamatan Undaan, dan di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, serta sekitar 100
hektare di Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, diserang hama keong
mas. Agar serangan keong mas tidak meluas, Kepala Bidang Pertanian Tanaman
Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Kudus Budi Santoso dan Kepala Dinas Peternakan
dan Pertanian Kabupaten Pati Pujo Winarno, Selasa (18/4), meminta agar petani
melakukan antisipasi lebih dini. Pujo Winarno, (di depan) petani di Desa
Baleadi, Kecamatan Sukolilo, menyatakan ada sejumlah peternak mau membeli keong
mas untuk dijadikan pakan itik. (“Kilasan Daerah”, Kompas, 19 April 2006, h.
24)
Jika paragraf di atas kita cermati, nyatalah
bahwa paragraf di atas membicarakan satu topik saja, yaitu serangan keong mas.
Kalimat pertama membicarakan serangan keong mas pada tanaman padi di tiga
kecamatan dalam dua daerah kabupaten di Jawa Tengah. Kalimat kedua membicarakan
langkah pencegahan peluasan serangan hama keong mas. Kalimat ketiga
membicarakan adanya peternak yang mau membeli keong mas.
2. Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud
jika aliran kalimat berjalan mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat
dibentuk dengan cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung
atau frasa penghubung antarkalimat.
Perhatikan sekali lagi paragraf di bawah ini!
Sampah yang setiap hari kita buang sebenarnya
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sampah organik, dan sampah anorganik.
Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk. Contohnya, sisa makanan dan
daun-daunan yang umumnya basah. Sampah anorganik adalah adalah sampah yang
sulit atau tidak dapat membusuk. Contohnya, plastik, kaca, kain, karet, dan
lain-lainnya.
Pengulangan atau repetisi kata kunci sampah,
sampah organik, dan sampah anorganik membuat kalimat-kalimat dalam paragraf itu
jalin-menjalin menjadi satu kesatuan paragraf yang padu. Penggunaan kata ganti -nya
yang mengacu kepada sampah organik dan sampah anorganik selain menjalin
kepaduan juga membuat variasi penggunaan kata untuk menghindarkan kebosanan
pembacanya (Bandingkan jika kata ganti -nya dikembalikan ke kata acuannya,
yaitu sampah organik dan sampah anorganik).
Dalam penggunaan repetisi nama orang hendaknya
dibuatkan variasinya dengan kata ganti, frasa, atau idiom yang merujuk ke
pengertian yang sama untuk menghilangkan pembacanya.
Perhatikan contoh penggunaan repetisi yang
variatif dalam paragraf berikut ini!
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di
dunia ini adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau dapat
terpilih menjadi presiden walaupun mempunyai penglihatan yang tidak sempurna,
bahkan dapat dikatakan nyaris buta. Presiden ke-4 Republik Indonesia ini di
awal masa jabatannya terlalu sering melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga
mengundang kritik pedas terutama dari lawan politiknya. Kiai dari Jawa Timur
tersebut juga sering mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan
inkonsisten. Akibatnya, dia sering diminta untuk mengundurkan diri dari
jabatannya. Namun, mantan ketua PBNU itu tetap pada prinsipnya dan tidak
bergeming menghadapi semua itu.
(Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Insan Mulia), h. 154.)
Dalam paragraf di atas, Presiden Abdurrahman
Wahid digantikan dengan Gus Dur; Presiden ke-4 Republik Indonesia; Kyai dari
Jawa Timur; dia; mantan ketua PBNU. Selain penggunaan kata gantinya, dalam
paragraf di atas digunakan kata sambung bahkan dan kata kata penghubung antarkalimat
akibatnya dan namun.
3. Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama
Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu
pikiran utama atau gagasan pokok. Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau
lebih pikiran utama, paragraf tersebut tidak efektif. Paragraf tersebut harus
dipecah agar tetap memiliki hanya satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu
didukung oleh pikiran-pikran penjelas. Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya
terwujud dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu
pada pikiran utama.
Jenis
paragraf
Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah dan
kawan-kawan, Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga
jenis. Criteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut.
Namun karena pebicaraan tentang letak kalimat utama juga memberikan nama
tersendiri bagi setiap paragraf, penulis cenderung menjadikan topik letak
kalimat utama sebagai salah satu penjenisan paragraf. Berdasarkan hal tersebut,
jenis paragraf dibedakan sebagai berikut.
1. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan
Tujuannya
Gorys Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan
tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.
a) Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf
yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam
bagian karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik
minat dan perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa
yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena
paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.
b) Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah
semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan
terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk
paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu
paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung
pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif,
naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan suatu
perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat, maka
beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian
melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang
dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain
paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam
paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah
karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu
panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial
adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau
betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada
pembacanya.
2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat
Utama
Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis
paragraf, dari dasar tersebut penulis menetapkan letak kalimat utama dalam
paragraf sebagai salah satu criteria penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf
berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan
kawan-kawan (1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama
dalam paragraf.
a) Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan
pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang
berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan
metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal
paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan
yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu
kalimat utama terletak di awal paragraf.
Contoh :
Pemakaian
bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan
dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah.
Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh
bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga
dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa
pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal
paragraf (Deduktif), yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia
belum seragam.
b) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat
utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal
yang khusus ke hal yang umum.
Contoh :
Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga
sembako seperti beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik
secara signifikan. Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran
seperti roti, sirup, dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian
jadi untuk berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung,
sajadah, dan sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup
tinggi. Kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada
setiap tahun.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat
diakhir paragraf (Induktif), yaitu kenaikan harga barang-barang selalu
terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.
c) Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan
pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi
pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk
lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada
dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.
Contoh :
Buku merupakan
sarana utama dalam mencari ilmu. Bagaimana orang bisa mengetahui ilmu dari
berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa menambah pengetahuan maupun
pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal
paragraf, yaitu buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu.
Sedangkan penegasan ide pokoknya terdapat dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah
bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama.
Berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf
tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau
deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama:
Contoh :
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal
30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan
langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling
sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7
waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api
membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang
menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya.
(Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74)
Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik
dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau
naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama
penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga
paragraf naratif atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah satu jenis
paragraf yang dibicarakan dalam penelitian ini.
3. Jenis Paragraf Berdasarkan Isi
a) Narasi
Narasi atau cerita adalah jenis karangan yang
menceritakan suatu pokok persoalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
narasi adalah :
- Biasanya cerita disampaikan secara kronologis.
- Mengandung plot atau rangkaian peristiwa.
- Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.
Contoh:
Tepat pukul 16.30 perhitungan suara pilkades di
empat tempat pemungutan suara selesai. Berita acarapun segera dibuat dan di
tanda tangani, Pak Camat mengumumkan hasilnya. Teten yang bertanda gambar padi
mendapat 782 suara, Sugiono dengan tanda gambar ketela 324 suara, Paidi
bertanda gambar jagung 316 suara. Suara tidak sah ada 33 lembar.
b) Diskripsi
Diskripsi adalah jenis karangan yang dibuat
untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca
memiliki pemahaman yang samadengan informasi yang disampaikan.
Ciri-ciri diskripsi adalah :
- Bersifat informatif
- Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis
- Susunan peristiwa tidak dianggap penting
Contoh :
Pagi hari itu duduk di bangku yang panjang
dalam taman belakang rumah. Matahari belum tinggi, baru sepenggalah. Sinar
matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna.
Angin pegunungan membelai wajah, membawa bau harum bunga. Kuhirup hawa pagi
yang segar sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan untuk
sehari kemarin.
c) Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk
menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat meperluas wawasan pembaca. Untuk
mempertegas masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan gambar, data,
dan statistik.
Contoh :
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa
tahun terakhir ini mencapai rata-rata 7-8% pertahun. Dengan demikian,
pendapatan perkapita penduduk Indonesia mencapai beberapa kali lipat. Selain
itu berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk yang dikategorikan
miskin juga banyak berkurang.
d) Argumentasi
Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi
gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran
yang kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk mempengaruhi atau meyakinkan
pembaca untuk menyatakan persetujuannya.
Contoh :
Keluaga berencana berusaha menjamin kebahagiaan
hidup keluarga. Ibu tidak selalu merana oleh karena setiap tahun melahirkan.
Ayah tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya. Anakpun tidak terlantar hidupnya karena kebutuhan hidup yang terjamin.
e) Persuasi
Persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan
dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk mempengaruhi
pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya.Contoh :
Menabung uang di bank lebih aman dan menguntungkan.
Uang kita akan mendapat keuntungan dari bank sesuai dengan uang tabungan yang
telah disetor. Uang kita juga akan terjaga keamanannya dari pencurian. Oleh
karena itu marilah kita menabung uang di bank sebagai jaminan masa depan kelak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar